Hasil kegiatan menulis
pun jangan terlampau ditarget pada jenis tulisan yang terlampau “menakutkan”,
misalnya jenis penelitian, buku, dan novel. Jenis tulisan yang disebutkan tadi
merupakan produk dari para penulis yang relatif sudah berpengalaman. Untuk merangsang
dan membudayakan menulis dikalangan masyarakat, terutama pelajar, kita
sederhanakan pada jenis tulisan yang merupakan curahan isi hati atau pengalaman
hidup sehari-hari. Misalnya, bentuk ringkasan dari hasil membaca sebuah buku,
beberapa baris puisi yang berisi cita-cita, atau satu halaman tulisan yang
menyajikan resep membuat masakan khas daerah tertentu.
Kebiasaan menulis –sesederhana apapun hasil tulisan tersebut-
akan merangsang dan memaksa meningkatkan keterampilan berbahasa yang lain,
seperti mendengar, berbicara, dan membaca.
1
Menulis Memaksimalkan
Keterampilan Mendengar
Orang yang sudah terbiasa menulis akan
sangat menghargai setiap informasi, termasuk informasi yang berasal dari yang
didengar. Bahkan, bagi orang tertentu, selalu membawa catatan pada saat
mengikuti sebuah acara agar ia dapat mencatat informasi yang bermanfaat.
Rasanya, tidak ada informasi penting yang terlewat karena selalu disimak atau
didengarnya dengan baik. Pada kegiatan menyimak atau mendengar di sebuah acara
–misalnya acara rapat- setiap peserta memiliki kesempatan yang sama, sumber informasi
yang sama. Namun, hanya peserta yang berkonsentrasi penuh yang mampu mengambil banyak informasi dari
kegiatan tersebut, dan itu dimiliki oleh orang yang sudah terbiasa
mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan.
2
Menulis Meningkatkan
Keterampilan Membaca
Ada kalimat nsihat yang sering kita
dengar dalam kehidupan bermasyarakat, “Seseorang memberi karena memiliki”.
Tidaklah bijak seseorang memberi nasihat
kepada orang lain sementara dirinya jauh dari kehidupan moral yang terpuji.
Guru bisa mengajarkan pengetahuan kepada murid-muridnya karena ia menguasai
ilmu. Demikian juga, seorang penulis akan semakin produktif karena penulis selalu mengisi hari-harinya
dengan banyak membaca. Satu atau dua halaman tulisan yang kita siapkan seperti
ini, sesungguhnya merupakan tumpahan pengalaman membaca dari banyak
halaman.
Kegiatan membaca merupakan “cara paksa”
agar seseorang sering memanfaatkan otaknya untuk berpikir secara maksimal. Untuk memahami jalan cerita sebuah film (video) tidak dibutuhkan konsentrasi 100
persen, seseorang dapat bercerita detail tentang cerita film tersebut. Namum
berbeda dengan kegiatan membaca, butuh konsentrasi tinggi agar pembaca mampu
menangkap pesan yang terkandung dalam teks. Tradisi memanfaatkan otak secara
maksimal (konsentrasi tinggi) telah terbiasa dilakukan oleh orang-orang yang
mau menggoreskan pena, menghasilkan tulisan, meskipun itu hanya berupa catatn
kecil atau sekedar meringkas isi bacaan. Terlebih bagi seseorang yang sudah
terkatagori sebagai penulis profesional, tentu telah terlatih untuk
berkonsentrasi dan memikirkan konsep-konsep yang jauh lebih rumit.
3
Menulis Melejitkan Keterampilan Berbicara
Karakter bahasa tulis adalah sistematis.
Hal ini harus dimengerti karena apa yang ditulis oleh seorang penulis adalah
hasil seleksi terhadap apa-apa yang ia pikirkan. Tidak setiap lintasan-lintasan
pikiran yang ada di otak seseorang kemudian digoreskan dalam bentuk tulisan.
Karena seorang penulis harus memilih, memilah, dan memutuskan ide atau gagasan
yang hendak ditulis, proses membiasakan berpikir sistematis dan logis selalu
terjaga.
Keterampilan berbicara –terutama dalam
forum resmi, seperti pidato, ceramah, atau berpendapat dalam acara rapat-
adalah hanya persoalan mengubah media penyampai pesan, dari bahasa tulis ke bahasa
lisan. Seseorang yang sudah terbiasa mencurahkan ide atau gagasan dalam bentuk
tulisan akan terhindar dari kebiasaan atau gaya berbicara yang tidak sistematis
apalagi tidak logis. Penyampai pesan secara lisan yang lancar, sistematis,
logis merupakan salah satu indikator pembicara yang baik. Ini pun dapat
dilakukan oleh orang-orang yang sudah terbiasa menulis.
Budaya menulis
akan meningkatkan kualitas hidup
seseorang, terutama pada keterampilan mendengar, membaca, dan berbicara. Tentu
banyak aspek –misalnya intelektual seseorang- dapat turut serta meningkat jika
menulis sudah menjadi budaya masyarakat kita. Bukankah taraf hidup
seseorang lebih banyak diantar oleh intelektual?
* Penulis
adalah SMAN 1 Cipari, Cilacap
bagus dapat memotivasi untuk yg malas menulis dan membaca
ReplyDelete