Tidak sedikit kalangan yang memberikan tanggapan sinis bahkan menentang pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Dari sudut pandang pedagogi (ilmu pendidikan) ujian akhir yang dalam hal ini Ujian Nasional mutlak harus diadakan dalam setiap akhir proses pendidikan.
Tanpa ujian akhir kita (guru/siswa/masyarakat/pemerintah) tidak mengetahui tingkat pencapaian sebuah proses pembelajaran/pendidikan. Bahkan kita menjadi tidak tahu, layakkah seorang peserta didik dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan?
Jika kita naik pesawat terbang, tentu kita tidak mau bila pesawat tersebut dipiloti oleh sembarang orang. Pilot pesawat tersebut haruslah pilot yang sudah bersertifikat sebagai pilot. Mengapa demikian ? Tuntutan itu timbul karena kita butuh jaminan keselamatan.
Namun demikian terjadi sebuah kontradiktif dan kontra-ilmiah pada saat pemerintah hendak memberikan jaminan kepada masyarakat terhadap hasil proses pendidikan yang dilaksanakan/dibawah kontrol pemerintah. Pemerintah ingin memberikan jaminan kepada pengguna hasil proses pendidikan (dunia kerja, lembaga pendidikan yang lebih tinggi, wali murid dan masyarakat), bahwasannya lulusan suatu jenjang pendidikan pasti memiliki kompetensi A, B, C dan seterusnya. Salahkah logika pemerintah yang memberlakukan tes standarisasi (UN)? Atau salahkah logika kita yang menolak pemberlakuan UN?
Tampaknya kita harus berfikir arif, bijaksana, logis dan ilmiah dalam mensikapi kehendak pemerintah selaku penanggungjawab pendidikan yang memberlakukan UN. Selayaknya kita mendukung kemauan positip pemerintah yang ingin mensejajarkan bangsa kita dengan bangsa-bangsa yang telah lebih dahulu mencapai kemajuan peradaban.
Ujian Nasional benar-benar urgen untuk kita selenggarakan, jika kita tidak ingin bersenang-senang dengan angka-angka kosong/semu hasil belajar anak-anak kita. (by. Darto)
Post a Comment